Aku tidak dibesarkan di Griya, aku terlahir dengan jenis kelamin perempuan setidaknya itu yang dikatakan dokter pada orang tuaku saat itu. Aku suka berlari tanpa alas kaki mengejar layang-layang, terjatuh dari ketinggian 2 meter karena penasaran dengan fungsi baju superman yang baru dibelikan nenekku akhirnya berhasil terbang dan jatuh diatas batu, kepalaku retak dan mungkin itu yang membuat aku semakin tak terkendali..aku lakukan apa yang kusuka!
Jika pertama kali bertatap muka denganku entah apa yang akan ada dipikiranmu. Begitu juga dengan keluarga disekitarku yang tidak pernah merasa bahwa aku ini seorang perempuan, aku nyaman dengan diriku yang seperti sekarang. Aku menyukai celana pendek dan baju kaos, berkelahi, berambut pendek agar tak terlalu repot harus dikepang saat sekolah setidaknya itu pikiranku, aku tak kan pernah mau kalah dalam permainan apapun dari anak laki-laki.
Aku menendang teman priaku tepat dikemaluannya karena dia menggangguku dan usiaku belum genap lima tahun. Aku ingat suatu malam dihukum tidur di bawah pohon beringin besar didepan rumahku karena ingin tidur dengan mamaku, hampir ditabrak mobil, mengusir pembantuku dan menggunduli kepalaku sebelum masuk sekolah dasar. Cukup dengan itu semua, aku lebih suka sekolah daripada liburan, karena jika liburan aku pasti diajak mengunjungi nenekku yang galaknya bukan main, aku tak suka pulang kampung bertemu dengan keluarga papaku yang berkasta itu, karena mereka pun tak peduli aku! Aku tak suka pandangan mereka terhadapku pada saat aku kecil karena aku tak seperti mereka tapi toh tetap saja senyum kukembangkan setiap bertemu dengan mereka demi papaku.
Memiliki saudara-saudari yang sempurna membuatmu terlihat kecil dan kadang tidak tampak, itulah saudaraku dengan penampilan yang sepantasnya bagaimana anak-anak berkasta. Para wanitanya, pintar menari, membuat sesajen, bertutur kata lembut, feminim dan menurut apa kata orang tuanya, bagaimana dengan jatuhkan dirimu ke jurang? Of course, mereka akan tolak! Entah hidup didunia antah berantah bagian mana aku namun aku sadar aku bukan bagian dari mereka, menari hah?..aku lebih suka terlantar digunung. Katanya tak ada yang susah untuk dipelajari namun tidak buat aku, semakin belajar membuat sesajen maka akan semakin sempurna aku merusaknya dan nenekku akan mengusirku.
Feminim, bertutur kata lembut apalagi mengikuti semua kemauan orang tuaku itu sangat sulit kulakukan seperti berbohong pada diri sendiri rasanya jika kau lakukan sesuatu tanpa kehendakmu, apa itu termasuk mengikuti kemauan mereka menikahkan aku dengan orang yang tidak aku suka…? Aku memilih jadi lesbian, tidak menikah atau bunuh saja aku! Aku suka mengikuti hatiku, aku jadi gadis yang bongsor dan tomboy, aku bertanya-tanya apakah saudaraku tidak lelah hanya memperlihatkan sisi beku dari topeng kebaikan mereka saja? Tak maukah mereka memperlihatkan bagaimana muak, benci mereka mengikuti omongan orang lain yang seakan tak mau tau apa yang mereka inginkan? Menangis itu yang kuingat dari masa kecilku, bukan karena sakit ataupun dipukul namun hanya karena pertanyaan dikepalaku “apa yang membuat aku tak sama dengan orang lain, bahkan minum digelas yang sama dengan mamaku sendiri aku tak boleh?” Hidup didunia macam apa aku ini? Itulah awalnya muncul pertanyaan di benakku, seiring bertambahnya usiaku bukannya kutemukan jawaban namun semakin banyak pertanyaan yang timbul.
Kata semua orang aku ini orang keturunan berkasta, apa itu berkasta? Definisinya bisa banyak kau temukan di buku-buku budaya, namun bukan itu masalahku hanya...jika aku berkasta apa yang membuat aku berbeda dari kamu, dia dan mereka. Griya adalah tempat tinggal bagi orang-orang yang berkasta, pada kenyataannya itu hanya rumah yang sama dengan rumah semua orang dengan tembok, atap dan pondasinya lalu apa yang membuatnya berbeda? Kurasa penghuninya! Didaerah tempat aku dibesarkan namun bukan tempatku dilahirkan, aku mengenal adanya pembagian kelas masyarakat dan saat aku TK aku kira itu status pengucilan karena tak ada temanku yang mau makan 1 mangkok denganku, katanya itu tak boleh! Pembagian itu menurut buku yang kubaca sebenarnya merupakan warna atas perbedaan kelas menurut pekerjaan, misalnya orang suci, raja dan bangsawan, kesatria dan petani namun seiring berkembangnya jaman, menurutku sudah mulai bergeser maknanya, bukan positif namun lebih ke fanatic menurutku. Mereka mulai mengelompokkan diri dan memberi tempat dari yang teratas sampai terbawah sampai akhirnya merendahkan yang lainnya. Dan akhirnya keturunannya melestarikan budaya leluhur mereka, menjodohkan anak-anak mereka dengan pilihan mereka yang tentunya memiliki status social yang sama dan akan mengucilkan setiap orang yang menentang peraturan itu, awalnya itu tak mengganggu aku sama sekali.
Mungkin kebetulan dan juga suatu anugerah bahwa aku lahir didalam keluarga yang memiliki kasta paling tinggi atau keturunan orang suci, bagaimana kau tau aku berkasta itu mudah kau bisa tau itu dari namaku…Its so easy right! Tapi kejadian yang aku alami takkan semudah bagaimana caranya kau mengetahui namaku…masa anak-anak terbayang-bayang akan bagaimana tidak sempurnanya aku menjadi anak yang seharusnya sebagai keturunan orang suci.
Aku tak pernah berharap apalagi meminta untuk dilahirkan dikeluarga ningrat namun mungkin ini anugrah dan sekaligus musibah untukku. Jangan tanya kenapa, dimulai dengan kegiatan Pramuka yang aku ikuti di sekolah dasar dulu gara-gara “nama penanda ningratku” bagaimana bisa aku berhak meminum duluan yang bukan minumku dan teman-teman yang menghindariku sepertinya aku menular, ada apa dengan nama itu? Aku tak ingin berbeda, saat itu aku sungguh tak mengerti hal apa yang sebenarnya terjadi, tak pernah ada yang menjelaskan padaku bahwa menjadi keturunan ningrat itu artinya dikucilkan atau bahkan tak ada materi khusus tentang hal itu diajarkan di sekolah. Akhirnya pada saat aku menginjak usia belasan, aku lebih suka dipanggil dengan “namaku” dan namaku Chris…aku lebih suka dipanggil dengan nama itu dan aku menyukai nama pemberian orang tuaku yang baru-baru ini aku tau artinya yaitu “badai”.
Semua tidak berhenti disana, orang-orang mulai membanding-bandingkan aku dan menganggap semua wanita berkasta akan mampu melaksanakan sesuatu dengan baik, bersih dan sempurna tapi kau tau, aku tidak! Aku tak peduli dengan itu semua, itu hanya sebuah nama untukku dan aku tak pernah sedikitpun berbeda dari kalian…aku suka berteman, aku suka makan di piring yang sama denganmu, tak kupungkiri mungkin aku keturunan orang suci tapi aku bukan orang suci mungkin suatu saat nanti, tapi bukannya orang suci itu tak bisa kita nilai dari tampilan luarnya saja? Aku berpandangan jika kita memang keturunan orang suci, mulailah dari diri sendiri dengan JANGAN BOHONGI DIRIMU SENDIRI! Karena masih banyak kebohongan peran ditempatku. Jika kita keturunan orang suci, kita akan memandang semua orang dengan kedudukan yang sama namun pada kenyataannya…semua termakan kemunafikan, gila hormat, sombong…It’s just your name, orang yang akan menentukan apakah nama keturunan orang suci itu cocok dengan dirimu dengan menilai perbuatanmu. Aku memiliki keluarga besar yang mengagumkan, papa dan mama yang luar biasa…luar biasa baik, cerewet dan nyebelin..hei mereka manusia yang tentunya takkan sempurna tapi aku sangat mensyukuri itu. Aku memiliki paman-paman dan bibi-bibi yang buat semua orang iri padaku.
Sampai menginjak usia remaja, aku tak menyukai hidup yang terlalu banyak aturan, aturan bagus tapi jika terlalu banyak hanya akan menimbulkan pemberontakan. Dimulai saat pertama kali aku menyukai seseorang dan mama adalah orang dengan insting cepat mencegah hanya karena cowok itu tak sekasta denganku, apa yang akan kuketahui, hey..aku baru 12 tahun saat itu kenapa tak dibiarkan sedikit merasakan cinta? Saat itu aku berpikir, mungkin mama dulu ga pernah dikasi pacaran jadi dia menjagaku seolah-olah aku akan diterkam orang, namun sekarang aku mengerti rasa cemas seorang ibu karena aku mulai memposisikan diriku. Setiap hari mama isi dengan wejangan bagaimana ia tidak menyukai aturan orang tuanya sewaktu kecil namun tetap menurut dan akhirnya saat ia dewasa ia merasakan manfaat dari semua perlakuan orang tuanya namun mama tak sadar bahwa sekarang menghadapi bagian dirinya yang lain yang masih muda itu yaitu aku, aku anakmu!
Lain mama lain juga dengan papa, ia suka bercerita tentang bagaimana susahnya untuk makan saat ia kecil dulu, bagaimana susahnya orang untuk berjuang hidup dulu, namun ia adalah orang yang paling suka memukulku pada saat aku kecil, apa ia juga sering dipukul orang tuanya jadi sekarang ia berlaku sama padaku? Papa selalu bilang aku keras kepala, nakal dan bila aku melawan ia kan menghukumku lebih keras tanpa ia sadari ia menghukum separuh dirinya, aku keras kepala? Bagaimana denganmu papa? Aku hanya kombinasi dari genetis kalian, sungguh lucu tapi kalian tak sadari itu. Aku marah namun tak sanggup membenci mereka, mereka tetap orang tuaku. Yang ada memenuhi benakku, aku ingin bicara pada orang tuaku bahwa anakmu ini tak seperti anak yang lain. Aku ingin orang tuaku tau apa yang kurasakan, aku mencoba introspeksi diri dan mengerti tentang mereka namun tak pernah kurasakan mereka mencoba mengerti aku
Mengamati tanpa kusadari adalah sesuatu yang menyenangkan, aku mengamati kehidupan di sekitarku karena tak ingin tumbuh dengan rasa ego yang tinggi. Aku yang dulu begitu membenci orang dewasa, dewasa itu munafik, egois dan mau menang sendiri namun kusadari dewasa juga adalah suatu proses yang takkan mungkin kuhindari. Sebelum aku jadi dewasa, aku ingin belajar dan memutuskan ingin jadi dewasa yang bagaimana setidaknya aku dapat menjadi dewasa yang berguna dan baik untuk sekitarku kelak. Sebelumnya aku sadar betapa egoisnya aku dan tak peduli omongan orang lain namun aku memiliki banyak sahabat yang luar biasa, pelajaran yang takkan kulupakan seumur hidupku dan mereka mengajarkan aku menghargai kehidupanku. Suatu dilemma yang dialami remaja perempuan sangat terlukis jelas dari jalan kehidupan mereka.
Namun aku tetap mensyukuri semua pemberianMu ini, tapi tekanan ini entah sampai kapan kan kutahan…pertanyaan semakin memenuhi benakku saat aku jatuh cinta untuk pertama kalinya namun pada saat yang sama harus menelan pahitnya bahwa aku tak bisa merasakannya..itu kulakukan hanya karena aku mencintaimu mama bukan karena kastaku! Apa itu kasta sehingga begitu kuatnya bisa memisahkan cinta? Apa itu kasta sehingga membuat keluargaku menekan anak-anak mereka agar mempertahankan itu semua? Salah satu pamanku bilang aku hanya harus menyadari, sungguh tak mengerti… siapa aku? apa yang harus kusadari? Memakai pakaian feminim melelahkanku, berlaku manis didepan orang yang tidak kusukai memuakkanku, tapi itu yang dilakukan saudaraku…dia seperti memakai topeng kekakuannya namun dibalik semua itu, dia merintih dan mengatai semua orang yang tidak dia sukai sejadi-jadinya dan aku tak mau menjadi manusia seperti itu…penuh kebohongan dan kemunafikan. Jika kalian datang dan melihat keluarga besarku yang begitu elegan, mewah dan hampir tanpa cela mungkin itu yang disebut sempurna, itu juga pikirku saat ku masih kecil….wah, sampai aku merasa tak pantas ada didalamnya dan bisa jadi aku akan membuat lukisan kesempurnaan keluarga ini cacat.
Aku mulai muak untuk jatuh cinta namun juga belum siap untuk jadi seorang lesbi mungkin mamaku bakalan mati berdiri, akhirnya aku mencoba hubungan dengan cowok yang berkasta namun itu semua tak berguna, jika kupaksakan dia hanya kan jadi alas kakiku dan ingin kutunjukkan bahwa seseorang berkasta takkan menjamin kelakuannya seperti orang berkasta. Aku sangat menyukai cerita papaku dan paman-pamanku tentang apa spiritual, buat aku menarik tapi sakit kepala jika coba kau pahami..aku menemukan cara yang bagus untuk itu, rasakan dulu sendiri baru kau akan mengerti maksudnya. Mulai kumengerti bahwa semua pertanyaanku memiliki jawaban, jawaban yang selama ini kucari ada dalam diriku namun hanya harus cari tau bagaimana mengungkap itu semua.
Lalu proses itu dimulai, aku kini menginjak usia 21 tahun bukan remaja namun belum dewasa dan labil. Jangan kau tanyakan soal cinta, aku gadis tomboy tentunya berteman dengan banyak cowok sehingga mereka lebih nyaman denganku sehingga mereka terkadang lupa bahwa aku ini juga perempuan, lucu memang tapi sampai sekarang aku sepertinya tak membutuhkan cowok, hanya ngerepotin aja! Menurut versi sobatku, aku lebih macho dari semua cowok hanya saja aku ga bakalan bikin hamil seseorang.
Aku normal, menyukai pria seperti kebanyakan perempuan pada umumnya namun aku akan menyukai seseorang yang mampu mengalahkan semua aktivitasku, menantang dan menerimaku apa adanya, aku sampai sekarang mencintai salah satu kakak seniorku di Organisasi yang aku ikuti di universitas, apa kami pacaran? Dia punya pacar yang mungil yang pastinya lebih pantas dilindungi daripada gadis bongsor seperti aku ini namun biarlah diam adalah sesuatu yang berharga karena aku tak mau merasa sakit lagi, kenapa lagi? Dia tak sekasta denganku dan dia punya pacar!!! Boleh jadi harusnya aku bersyukur aku ga stress, ga perlu bermesraan dengan pujaan hati dengan ketemu dan ngobrol itu sudah cukup buatku, saat mendaki ia akan mendekap pacarnya namun itu tak jadi soal setidaknya aku tau dia bahagia, selalu melihatnya dari kejauhan dan ia berjanji akan menjadi kakakku. Hampir 4 tahun aku mengenalnya dan tak pernah menyukai pria lain, ayah dan ibunya sangat sayang padaku namun pastinya lebih sayang pada menantunya! Ia dari keluarga yang menurut pembagian kelas kasta merupakan kasta paling rendah namun itu tak jadi soal buat aku, aku berteman dengan siapapun yang baik denganku.
Dilema mulai kurasakan saat aku tau dia juga begitu sayang padaku, senang tapi aku takut…aku Cuma menghindar tapi sampai kapan? Tuhan, bagaimana dia jodohku? Memilih antara keluargaku yang berkasta atau cintaku? Disini aku belajar, jika ingin mendapatkan sesuatu kau harus korbankan sesuatu karena Tuhan tak ingin kita jadi tamak. Semua memandang aku sebagai gadis tegar tapi aku ini rapuh dan kadang perlu tempat untuk bersandar, aku punya keluarga tapi masih saja ada yang kosong.
Aku tak ingin dianggap lemah, aku tak suka dirumah namun aku juga tak suka di keramaian itu sebabnya aku mengikuti segudang kesibukan untuk melupakan cinta dan memantapkan diri bahwa aku ga butuh mahluk yang bernama pria, karena semua akan tetap sama saja pada akhirnya aku akan tetap ditinggalkan dan sendiri jadi ga ada salahnya aku belajar mandiri. Sekarang aku lebih suka mengamati perilaku orang disekitarku dan menghabiskan waktu dengan bekerja dan bercanda dengan teman maupun keluargaku namun satu-satu dari mereka menyodorkan nama pria yang dijodohkan buat aku, Haloo…jaman siti nurbaya sudah lewat, and im not gonna marry my own brothers..!! Seiring tumbuhnya aku, aku mengenal mereka..mereka tak seelegan itu, mereka punya cacat yang mereka tutupi dengan caranya sendiri ada yang begitu halus tertutup namun ada juga yang terbuka namun mereka seperti tak mau tau akan hal itu. Aku bagian yang mana?? Tak kan kupungkiri aku tumbuh dikeluarga itu namun itu bukan berarti aku harus seperti mereka
Aku akui kekosongan ada dihatiku tapi yang aku mau hanya sedikit pengertian biar aku jalani semua dengan keinginanku, karena ini hidupku bukan hidupmu atau hidup kalian. Namun aku percaya suatu saat nanti aku akan bertemu dengan mahluk Tuhan yang mungkin saja dia adalah belahan jiwaku dia bukanlah sesosok pria yang harus sempurna tapi dia yang bisa membuatku cemburu, menangis dan tertawa pada waktu yang bersamaan. Dia yang kadang-kadang begitu ceroboh, bodoh namun manis dan polos, itu yang akan membuatku semakin menyukainya. Disini aku selalu menanti sosoknya.
Aku akan mencintai seseorang bukan karena dia sekasta denganku, bukan karena dia anak orang kaya, bukan karena dia tampan, bukan karena orang tuanya…permintaan sederhanaku, aku ingin seorang pria yang dapat mencintai aku dan keluargaku apa adanya maka akupun akan mencintai dia lebih dari apapun, aku ingin seorang pria yang bertanggungjawab, dan aku takkan berpaling darinya seumur hidupku! Tiap malamku, aku habiskan dengan bekerja namun tetap saja ada yang kurang disana, ada ruang yang begitu kosong dihatiku karena kau tak disana. Kemana aku harus menemukannmu? Dimana aku harus berteriak memanggil namamu? Aku kesepian, aku butuh kamu disampingku, seandainya kau tau itu….Semua itu hanya akan jadi angan kini, karena aku mulai muak menunggu cinta..aku lelah…aku ingin sendirian.
Aku ingin menjadi berbeda dan mereka tau itu, aku rasa…aku tak ingin terkungkung, aku ingin seseorang juga mendengarkan apa yang aku rasakan dan apa yang ingin aku sampaikan. Berhentilah membuat anak-anakmu selalu mendengarkanmu tanpa pernah sekalipun kalian dengarkan apa isi hatinya, berhentilah menghukum anak-anakmu jika mereka bersalah namun mulailah bertanya apa yang membuat mereka berlaku seperti itu…semua sudah berubah, kini sudah bukan jamanmu, jamannya atau jaman kami tapi sekarang dengarlah maka kau kan didengar…sekarang mengertilah maka kau akan dimengerti…bukan kau menuntut itu egois.
Selama beberapa tahun aku mencari cara bagaimana agar suaraku ini didengar orang tuaku, didengar oleh orang lain…bertahun-tahun aku berusaha agar mereka memberi kepercayaan padaku, hanya percaya…percaya bahwa aku pasti melakukan sesuatu yang terbaik untuk diriku sendiri….Hampir setiap hari aku menunggu luluhnya hati mamaku untuk mengerti bahwa untuk mengarungi hidup ini tak cukup hanya mendapatkan pria yang sederajat namun aku butuh seseorang yang mengerti dan menerimaku apa adanya karena ini hidupku dan mama takkan hidup selamanya untuk terus ada disampingku kan? Aku memiliki keluarga besar yang sungguh harmonis yang takkan kau temukan dimanapun walaupun masih saja ada beberapa dari mereka yang sanggup memakan keluarganya sendiri demi kesenangan sendiri…itu hal yang sangat normal dan harus ada karena semua hal didunia ini harus seimbang seperti baik buruk, setidaknya itu menurutku…Disetiap malam sebelum tidurku, aku berdoa dalam hati setidaknya sebelum aku pergi dari dunia ini aku mau membuat diriku bahagia hehehehe…setidaknya dengan aku bahagia orang lain juga bisa bahagia, prinsipnya sederhana bagaimana kita bisa buat orang lain bahagia kalau kita sendiri masi menderita..itu kan mustahil…!
Papaku mungkin tak seperti papamu, papaku dulu sangat galak dan ringan tangan (hobi memukulku) entah kenapa, aku jadi bertanya apa aku terlalu kurang ajar atau dulu ia pun merasakan hal yang sama jadi ia suka memukul anaknya sekarang, hari-hari semasa kecilku bukan hari yang indah untuk diingat karena aku begitu takut dengan papaku, lebih dari yang kalian tau… aku sangat membencinya terlebih setelah adikku lahir, aku membenci mereka…karena adikku, aku sering dipukul papaku dan papaku lebih suka memukulku padahal dia tau itu bukan salahku tapi adikku, pada intinya aku Cuma sampah dan adikku berlian dikeluarga ini. Ini bukan cerita penganiayaan ayah tiri atau semacamnya tapi cerita tentang perubahan yang sangat luar biasa, rencana Tuhan yang tak terduga buat aku ini anugrah.
Saat kau dicampakkan dan merasa tak berarti apa yang akan kau lakukan? Marah, berontak atau malah berbuat yang tidak-tidak…itu sempat terlintas dikepalaku namun itu semua takkan memperbaiki keadaan, jika aku mau orang tuaku menyayangiku dan mencintaiku aku pun harus berbuat sesuatu yang mampu membuat mereka bangga dan mensyukuri adanya aku lahir ke dunia ini. Aku menerima aku yang sampah ini dan sering dibilang anak pungut ini, aku belajar mencintai diriku yang tomboy dan bongsor, ga cantik dan jauh dari kata feminim. Setelah aku berpikir, aku mungkin sampah tapi Tuhan ciptakan sampah tentu ada maksudnya, sampah bukan berarti ia takkan bisa berubah menjadi sesuatu yang lebih berguna kan? Oke, aku sampah…sampah yang akan membuat semua orang tercengang karena kalian bahkan tak tau aku kan jadi apa nantinya.
Aku memulai semuanya, sampah ini suka bergaul dengan semua orang…semua…tak peduli siapa kamu dimata orang lain, aku sedang dalam masa transformasiku menjadi sesuatu dan siapa sangka keluargaku ada disana antara mendukung atau malah mencemoohku, aku tak mau tau karena aku tak mau repot memikirkan apa pikiran orang lain, itu melelahkan bisa menghabiskan persediaan lemakku selama seminggu…jadi aku memutuskan untuk melangkah, ternyata ada papaku disisiku…yah tidak secara harfiah namun aku tau bahwa dia juga berusaha untuk berubah, entah apa yang membuatnya begitu…tapi bagaimana pun orang tuaku mereka tetap orang tuaku, walaupun orang yang kupanggil orang tua ini hanya sebagai perantaraku untuk bisa hadir kedunia tapi hanya papa yang menyadari bahwa aku memiliki jalanku sendiri dan keputusan sepenuhnya ada padaku tapi sebaliknya mama begitu mengaturku…aku hanya tak ingin mengecewakannya suatu saat nanti, karena anakmu ini punya jalannya sendiri…kita lahir dan mati sendiri, ingat?
Keluargaku merupakan keluarga yang memiliki kasta yang tinggi setidaknya begitu menurut pembagian didaerah kami sesuai dengan siapa nenek moyang kami, keluarga terhormat dan ningrat, itu yang terlintas dalam benakku…mungkin kalian takkan menyangka aku benar bagian dari mereka, begitu juga aku. Jadi aku mencoba semakin mencari tau sebenarnya siapa aku ini, dalam perjalanan mencari siapa sebenarnya aku ini …aku malah menemukan hal-hal yang sebelumnya tak pernah kubayangkan. Aku belajar apa arti keluarga, persahabatan, cinta dan kehidupan dari orang-orang sekitarku…lega bercampur muak saat semua topeng kepalsuan terungkap dari orang terdekatmu.
Aku belajar tentang pahit manisnya menjalani hidup ini, mencoba memandang dunia dari segala sudut agar aku tak menjadi fanatik lalu mati rasa seperti beberapa orang dikeluargaku….namun ada beberapa orang yang memang menjadi panutanku didalam keluarga besarku tapi aku masih merasa ada sedikit yang belum kupahami dari setiap perkataan mereka yang mengandung teka-teki dan selalu menjadi PR dalam hidupku, tapi mereka yang mengajariku bahwa hidup ini hanya untuk disadari…semua yang akan kau lakukan harus kau sadari maka setiap masalah yang menghampirimu akan begitu mudahnya kau hadapi yah…setidaknya itu terbukti padaku, jujur aku bukan tipe orang yang menyenangkan dan hampir selalu mengeluhkan apa yang aku kerjakan.
Aku belajar menyadari, dulu aku selalu marah pada setiap orang dan menyalahkan dunia yang bersekutu memusuhiku atas apa yang terjadi padaku namun yang tak kusadari selama ini bahwa akulah yang tak pernah mau mencoba berbaur dengan orang lain dan akulah yang tidak mau memahami bahwa hidup memang seperti ini jadi jangan sampai aku habiskan waktuku hanya untuk menyalahkan semua orang. Besar dalam keluarga ini merupakan anugrah namun saat aku tak bisa gapai orang yang kucintai hanya karena kami tak sederajat, aku mulai mengangap ini musibah…aku hancur, namun berdiri lagi…aku kuat namun bukan berarti aku tak butuh cinta, aku butuh cinta itu…aku menemukan cintaku dengan pria sederajat namun banyak yang menganggap bahwa dia tak pantas untukku, aku jadi geram sebenarnya apa mau kalian? Sebenarnya aku harus bagaimana? Setidaknya aku berusaha…semua selalu mengingatkan tentang siapa aku dan jangan sampai salah memilih, ingat kulit…bagaimana jika aku akhirnya mencintai orang yang benar-benar jauh berbeda kulitnya namun hatinya begitu sama denganku itu artinya kami harus berpisah. Apa harus kuhabiskan sisa hidupku mempertahankan warna kulit namun didalamnya kosong, hampa tanpa hati…haruskah seperti itu? Apa keluarga akan bahagia melihatku seperti itu?
Aku ingin teriak agar kalian tau, aku melawan itu semua...akan kulawan itu semua namun apa yang kutemukan rasa itu semakin membentang panjang, harusnya aku menerimanya…bahwa jika aku tak inginkan kulit ini aku kan melepasnya tak perlu aku memaksa semua orang untuk menerima perubahan yang sudah mulai terjadi…tanpa mereka sadari sudah terjadi pergeseran disini, bukan saatnya kita mengedepankan ego kita lagi. Ada sesuatu yang terjadi disini, terkadang kulit itu hanya akan menjadi kedok mereka padahal hatinya lebih rendah dari orang yang mereka lihat rendah…takkan kalian sadari bahwa hidup ini bukan hanya sebatas mengejar kapitalis. Aku terkadang berpikir, apa orang yang tidak sederajat dengan kita itu begitu buruk?
Jika aku berbicara sebagai pihak pria, aku bisa menikahi siapapun wanitanya tapi saat aku hanya seorang wanita semua akan jadi begitu berbeda, jika kau pergi dengan orang yang tak sederajat denganmu maka kesalahanlah yang selalu menanti didepan matamu, wanita selalu disalahkan…itu pikirku. Jika suatu saat pun aku diusir dari keluarga ini, aku akan sangat berterima kasih karena mungkin ini jalan terbaikku setidaknya ini semua kulakukan memang karena ini pilihanku. Lalu apa yang akan dikatakan oleh orang-orang sekitarku?? Aku hanya enggan berdebat lagi…sudah lelah berargument…lelah mendengar kata-kata bijak dar seseorang yang bahkan hal itu tak bisa dilakukannya sendiri lalu kini seperti menuntutku melakukannya.
Apa yang akan kau rasakan jika kau ada di posisiku?? Jika memang penting untuk pertahankan garis keturunan ini…begitu penting untuk menjaga agar ada yang membawa leluhur kita..kenapa harus dibedakan perlakuan pada anak laki-laki dan perempuan? Jika aku bertanya kenapa pria di keluarga ku menikahi perempuan yang tidak datang dari kalangan yang sekasta diterima dengan terbuka namun tidak begitu dengan perempuan…kenapa? Apa hanya karena didaerah ini menganut Patriahat…? Buatku itu semua bukan jawaban dari apapun, itu keegoisan. Saat papa ku berkata, dia tak pernah menganggapku anaknya...sejak saat itu pula aku mencoba melangkah tanpa harus peduli mau jadi apa mereka nanti tapi lagi dan lagi…aku salah! Orang tua itu harus dihormati seumur hidupmu dan sepanjang nafasmu…aku tau itu, apa dengan aku memilih jalanku sendiri itu artinya aku tak menghormati orang tuaku? Ada yang berkata padaku, bahwa pada saat kita hidup dan tumbuh besar dalam suatu keluarga maka merekalah porosmu…segalanya untukmu. Aku tidak bisa menerima itu pada awalnya, karena kata keluarga buatku hanya untuk orang2 yang benar2 bisa buat kita nyaman dan terkadang rasa nyaman itu tak selamanya bisa kau temukan dalam keluargamu…jadi keluargaku bukanlah porosku namun aku jadi seperti sekarang ini karena keluargaku dan itu berarti keluarga itu penting dan tidak terlalu penting tergantung kondisi kita.
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh kita manusia yang masih hidup ini, kita sehat, sakit dan mati…saat kita hidup dengan sehat siapapun bisa jadi egois dan merasa tak butuh orang lain, bagaimana saat kita sakit…? Aku kan menjawab, aku butuh keluargaku dan jangan kau tanyakan bagaimana saat aku mati nanti…aku tak peduli pada jasadku, itu kustom pinjaman sementara yang memang harus dikembalikan kepada Empunya. Semua itu kata2 yang aku ingat dari pembicaraanku dengan papaku…yah, that’s true…aku takkan sedikitpun melawan itu karena itu benar! Hidup ini takkan hanya berputar sekitar cinta, keluarga dan orang lain tapi aku ingin tahu hal lain apalagi yang akan menungguku, aku ingin tau apa itu spiritual…cinta pada pasangan sudah tak penting lagi buatku karena aku tak mau buat orang lain tersakiti terutama membuat diriku sendiri tersakiti, karena menurut system kastaku…aku selalu jatuh cinta pada orang yang salah, bukan karena dia penjahat ato pecundang tapi dia salah karena kami tak sekasta…aku dulu marah akan hal itu, tapi sekarang aku bisa menerima semua ketololan itu dengan tawa karena yah…inilah aku, adat kami, keluargaku dan memang sepantasnya seperti itu, g perlu melawan arus hanya harus MENYADARI (hehehe…bukan begitu wak Wisnu) lakukan apa saja itu terserah aku hanya saja aku harus menyadari bahwa apa yang kutanam itu yang akan ku panen suatu saat nanti…ouhh…I knew it Dad!